Bismillahirrahmanirrahim > Rumah Sehat Syifapunktur (RSS) > Analisa SWOT RSS

 
 

Analisa SWOT RSS

SWOT KLINIK RUMAH SEHAT SYIFAPUNKTUR
 
A. Analisis Lingkungan Internal
   1. Kekuatan:
a.      Memiliki tim akupunkturis
Yayasan Daarul Hisaab sudah 10 tahun menyelenggarakan pelatihan akupunktur sehingga telah menghasilkan tim kader instruktur akupunktur yang diambil dari para peserta yang berprestasi.
b.      Memiliki perangkat lunak media pembelajaran
Memiliki sejumlah video pelatihan, media pembelajaran berbasis website statis dan sejumlah media presentasi pembelajaran
c.       Menggunakan metode praktis teoritis
Lembaga Syifapunktur telah mengembangkan dan membuat uji coba suatu metode pembelajaran praktis teoritis. Hasilnya sangat signifikan untuk memberi motivasi belajar peserta didik dan kemampuan berpraktek dalam waktu yang relatif singkat dibandingkan dengan metode teoritis praktis.
d.      Memiliki media informasi berbasis web site statis dan internet
Untuk promosi selain menggunakan leaflet dan media cetak dan elektronik juga menggunakan media berbasis web. Dibuat dalam bentuk CD untuk media berbasis website statis dan alamat website di internet www.syifapunktur.com serta web blog www.syifapunktur.wordpress.com
e.       Memiliki Nomor Induk Lembaga Kursus (NILEK)
Nomor Induk Lembaga Kursus (NILEK) dari Ditjen PNFI Kemendiknas RI merupakan suatu pengakuan syahnya suatu lembaga mitra pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan kursus. Berbekal NILEK lembaga Syifapunktur bisa bekerjasama dengan pemerintah dalam pembiayaan suatu program pelatihan serta menyelenggarakan uji kompetensi.
f.       Memiliki sarana belajar
Lembaga Syifapunktur sudah memiliki sarana belajar yang cukup memadai untuk rombongan belajar sebanyak 40 peserta.
      2.       Kelemahan:
a. Prasarana gedung belajar cabang masih sewa
Lembaga Syifapunktur belum memiliki prasarana sendiri pada saat mengembangkan ke daerah daerah. Gedung untuk belajar masih berupa sewa.
b. Masih kurangnya tenaga profesional
Tim instruktur masih didominasi oleh kalangan non medis dan paramedis serta masih belum memadainya tenaga instruktur yang memiliki sertifikat pendidik akupunktur. Kemudian tim instruktur dari kalangan medis belum ada yang tetap tapi sifatnya masih insidental, sementara dari kalangan paramedis sudah ada namun belum memadai.
c.  Terbatasnya referensi
Masih terbatasnya buku-buku yang berhubungan dengan akupunktur terutama buku-buku berbahasa Indonesia.
d. Terbatasnya anggaran
Masih terbatasnya anggaran operasional maupun belanja modal.
  
B. Analisis Lingkungan Eksternal
     1. Peluang
a.     Banyaknya pengangguran
Berdasarkan data dari BPS terdapat usia angkatan kerja yang masih menganggur di setiap kabupaten/kota rata-rata 15.000 orang penganggur.
b.     Adanya regulasi Nasional dan Internasional
Dukungan terhadap penyelenggaraan pendidikan dan praktek pengobatan akupunktur terdapat dari dalam negeri RI dengan adanya regulasi yang sangat memadai. Khusus untuk penyelenggaraan pendidikan, pemerintah melalui Ditjen PNFI Kemendiknas telah membuat kurikulum berbasis kompetensi. Kemudian adanya asosiasi yang memayungi para akupunkturis yaitu Persatuan Akupunkturis Seluruh Indonesia (PAKSI).
Tempat praktek para akupunkturis selain bisa mandiri juga bisa di tempat Pelayanan Kesehatan Masyarakat baik swasta maupunpemerintah sesuai dengan permenkes 1186/Menkes/Per/XI/1996.
Demikian halnya di dunia Internasional, akupunktur sudah berkembang dan di beberapa negara sudah cukup maju. Organisasi kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan akupunktur sebagai salah satu metode terapi untuk sejumlah penyakit tertentu.
c.         Pesaing kurang
Lembaga pendidikan akupunktur masih sangat langka, di provinsi Riau sampai saat ini masih satu-satunya lembaga Syifapapunktur sebagai penyelenggara pendidikan akupunktur.
Demikian halnya tenaga akupunkturis masih sangat langka, belum tentu ada satu orang per kabupaten/kota, apalagi per kecamatan.
d.        Dibutuhkan masyarakat
Masyarakat yang berobat masih 90% mengobati dirinya sendiri, artinya mereka berobat dengan berbagai macam pengobatan alternatif. Akupunktur memiliki peluang besar untuk menjadi salah satu metode pengobatan masyarakat.
2. Hambatan
a. Banyaknya alat terapi
Menjamurnya alat terapi produk luar negeri yang menawarkan pengobatan gratis tanpa batas sehingga masyarakat berobat secara antri, kemudian menjual alat-alat tersebut kepada mereka yang mampu dan tidak mau antri. Banyak dari alat-alat terapi tersebut diperkuat dengan menghubungkannya dengan teori titik-titi akupunktur.
b. Meningkatnya pengobatan tradisional.
Dari waktu ke waktu jasa pengobatan tradisional semakin banyak jumlah dan macamnya.
c. Psikologis fobia jarum.
Hampir semua orang pada dasarnya merasa tidak nyaman ditusuk jarum akupunktur.
d. Kalangan medis.
Masih adanya sebagian dari kalangan medis yang melihat miring dengan keberadaan pengobatan alternatif khususnya akupunktur.
 
         
 
 
Tabel identifikasi faktor Internal dan Eksternal
Faktor Internal
Kekuatan:
a.   Memiliki tim akupunkturis
Yayasan Daarul Hisaab sudah 10 tahun menyelenggarakan pelatihan akupunktur sehingga telah menghasilkan tim kader instruktur akupunktur yang diambil dari para peserta yang berprestasi.
b.   Memiliki perangkat lunak media pembelajaran
Memiliki sejumlah video pelatihan, media pembelajaran berbasis website statis dan sejumlah media presentasi pembelajaran
c.      Menggunakan metode praktis teoritis
Lembaga Syifapunktur telah mengembangkan dan membuat uji coba suatu metode pembelajaran praktis teoritis. Hasilnya sangat signifikan untuk memberi motivasi belajar peserta didik dan kemampuan berpraktek dalam waktu yang relatif singkat dibandingkan dengan metode teoritis praktis.
d.   Memiliki media informasi berbasis web site statis dan internet
Untuk promosi selain menggunakan leaflet dan media cetak dan elektronik juga menggunakan media berbasis web. Dibuat dalam bentuk CD untuk media berbasis website statis dan alamat website di internet www.syifapunktur.com serta web blog www.syifapunktur.wordpress.com
e.    Memiliki Nomor Induk Lembaga Kursus (NILEK)
Nomor Induk Lembaga Kursus (NILEK) dari Ditjen PNFI Kemendiknas RI merupakan suatu pengakuan syahnya suatu lembaga mitra pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan kursus. Berbekal NILEK lembaga Syifapunktur bisa bekerjasama dengan pemerintah dalam pembiayaan suatu program pelatihan serta menyelenggarakan uji kompetensi.
f.    Memiliki sarana belajar
Lembaga Syifapunktur sudah memiliki sarana belajar yang cukup memadai untuk rombongan belajar sebanyak 40 peserta.
 
Kelemahan:
a. Prasarana gedung belajar cabang masih sewa
Lembaga Syifapunktur belum memiliki prasarana sendiri pada saat mengembangkan ke daerah daerah. Gedung untuk belajar masih berupa sewa.
b. Masih kurangnya tenaga profesional
Tim instruktur masih didominasi oleh kalangan non medis dan paramedis serta masih belum memadainya tenaga instruktur yang memiliki sertifikat pendidik akupunktur. Kemudian tim instruktur dari kalangan medis belum ada yang tetap tapi sifatnya masih insidental, sementara dari kalangan paramedis sudah ada namun belum memadai.
c. Terbatasnya referensi
Masih terbatasnya buku-buku yang berhubungan dengan akupunktur terutama buku-buku berbahasa Indonesia.
d. Terbatasnya anggaran
Masih terbatasnya anggaran operasional maupun belanja modal.
 
Faktor Eksternal
Peluang
a.      Banyaknya pengangguran
Berdasarkan data dari BPS terdapat usia angkatan kerja yang masih menganggur di setiap kabupaten/kota rata-rata 15.000 orang penganggur.
b.     Adanya regulasi Nasional dan Internasional
Dukungan terhadap penyelenggaraan pendidikan dan praktek pengobatan akupunktur terdapat dari dalam negeri RI dengan adanya regulasi yang sangat memadai. Khusus untuk penyelenggaraan pendidikan, pemerintah melalui Ditjen PNFI Kemendiknas telah membuat kurikulum berbasis kompetensi. Kemudian adanya asosiasi yang memayungi para akupunkturis yaitu Persatuan Akupunkturis Seluruh Indonesia (PAKSI).
Tempat praktek para akupunkturis selain bisa mandiri juga bisa di tempat Pelayanan Kesehatan Masyarakat baik swasta maupunpemerintah sesuai dengan permenkes 1186/Menkes/Per/XI/1996.
Demikian halnya di dunia Internasional, akupunktur sudah berkembang dan di beberapa negara sudah cukup maju. Organisasi kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan akupunktur sebagai salah satu metode terapi untuk sejumlah penyakit tertentu.
c.    Pesaing kurang
Lembaga pendidikan akupunktur masih sangat langka, di provinsi Riau sampai saat ini masih satu-satunya lembaga Syifapapunktur sebagai penyelenggara pendidikan akupunktur.
Demikian halnya tenaga akupunkturis masih sangat langka, belum tentu ada satu orang per kabupaten/kota, apalagi per kecamatan.
d.     Dibutuhkan masyarakat
Masyarakat yang berobat masih 90% mengobati dirinya sendiri, artinya mereka berobat dengan berbagai macam pengobatan alternatif. Akupunktur memiliki peluang besar untuk menjadi salah satu metode pengobatan masyarakat.
 
Hambatan
a. Banyaknya alat terapi
Menjamurnya alat terapi produk luar negeri yang menawarkan pengobatan gratis tanpa batas sehingga masyarakat berobat secara antri, kemudian menjual alat-alat tersebut kepada mereka yang mampu dan tidak mau antri. Banyak dari alat-alat terapi tersebut diperkuat dengan menghubungkannya dengan teori titik-titi akupunktur.
b. Meningkatnya pengobatan tradisional.
Dari waktu ke waktu jasa pengobatan tradisional semakin banyak jumlah dan macamnya.
c. Psikologis fobia jarum.
Hampir semua orang pada dasarnya merasa tidak nyaman ditusuk jarum akupunktur.
d. Kalangan medis.
Masih adanya sebagian dari kalangan medis yang melihat miring dengan keberadaan pengobatan alternatif khususnya akupunktur.
 

 

 

 

 
 
 
 
 
 

 
 
 
 

 

www.syifapunktur.com